Rental Mobil Bandara Yia Ke Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755-1756 (tahun Jawa: 1682), beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti antara Pangeran Mangkubumi dari Yogyakarta, Hamengkubuwono dari Surakarta dan VOC. sewa mobil yia Hutan Beringin dipilih sebagai lokasi keraton karena letaknya di antara dua sungai yang dianggap baik untuk melindungi dari kemungkinan banjir.

Pada tanggal 20 Juni 1812, Stamford Raffles memimpin pasukan Inggris berkekuatan 1.200 orang untuk menyerang kota kerajaan Yogyakarta yang bertembok. Orang Jawa, meskipun lebih banyak daripada penyerbu, tidak siap menghadapi serangan itu dan ditarik kembali oleh peristiwa itu. Dalam satu hari kota Yogyakarta jatuh dan istana kerajaan dijarah dan dibakar. Total rampasan dari istana bernilai £15.000 dalam bentuk emas, permata, dan mata uang keras (yang bernilai £500.000 hari ini). sewa mobil yia Peristiwa tersebut merupakan kali pertama terjadi penyerangan terhadap sebuah keraton di Jawa dan akibatnya kesultanan sepenuhnya tunduk pada kekuasaan kolonial.

Yogyakarta Palace was built by Prince Mangkubumi in 1755-1756 (Javanese year: 1682), several months after the signing of the Treaty of Giyanti between Prince Mangkubumi of Yogyakarta, Hamengkubuwono of Surakarta and Dutch East India Company. A Banyan Forest was chosen as the site of the palace due to its location between two rivers which were considered good protection from possible flooding.

On 20 June 1812, Stamford Raffles led a 1,200-strong British force to attack the walled royal city of Yogyakarta. The Javanese, although outnumbering the invader, weren’t prepared for the attack and were taken back by the event. In one day the city of Yogyakarta fell and the royal palace was sacked and burned. The total loot from the palace valued £15,000 in gold, jewels and hard currency (which values £500,000 today). The event was the first time an attack has been carried out into a court in Java and as a result the sultanate was completely subjugated to colonial authority.

Most of the palace’s current form are built by Sultan Hamengkubuwono VIII who reign from 1921 to 1939. It suffered from an earthquake in 1876 and 2006, and was subsequently rebuilt after the devastation.

The chief architect of this palace is Sultan Hamengkubuwono I, the founder of Yogyakarta Sultanate. His expertise in architecture was appreciated by the Dutch scientist Theodoor Gautier Thomas Pigeaud and Lucien Adam who regarded him as the “architect” of the brother of Pakubuwono II Surakarta Sunanate. The basic building and basic design of the palace layout following the basic design of the old city landscape of Yogyakarta was completed between 1755 -1756.Another building was later added by the later Sultan of Yogyakarta.The present form of palace is largely the result of restoration and restoration by Sultan Hamengkubuwono VIII (reigned 1921-1939).

Sebagian besar bentuk istana saat ini dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono VIII yang memerintah dari tahun 1921 hingga 1939. sewa mobil yia Istana ini mengalami gempa bumi pada tahun 1876 dan 2006, dan kemudian dibangun kembali setelah kehancuran.

Kepala arsitek istana ini adalah Sultan Hamengkubuwono I, sewa mobil yia pendiri Kesultanan Yogyakarta. Kepiawaiannya dalam bidang arsitektur diapresiasi oleh ilmuwan Belanda Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien Adam yang menganggapnya sebagai “arsitek” saudara Pakubuwono II Kasunanan Surakarta. Bangunan dasar dan rancangan dasar tata letak keraton mengikuti rancangan dasar lansekap kota tua Yogyakarta yang diselesaikan antara tahun 1755 -1756. Bangunan lain kemudian ditambahkan oleh Sultan Yogyakarta kemudian. Bentuk keraton yang sekarang ini sebagian besar merupakan hasil dari pemugaran dan pemugaran oleh Sultan Hamengkubuwono VIII (memerintah 1921-1939).